Histmin
adalah molekul hidrofilik yang terdiri atas satu cincin imidazol dan satu gugus
amino yang dihubugkan oleh dua gugus metilen. Bentuk yang aktif secara
farmakologis pada semua resoptor histamin adatau
tautomer Nγ-H monokationik, yang merupakan bentuk muatan dari senyawa yang
diperlihatkan pada gambar dibawah ini, walaupun sifat-sifat kimia yang berbeda
dari monokation ini kemungkinan terlibat dalam interaksinya dengan reseptor H1
dan H2.
Ketiga golongan reseptor histamin ini dapat diaktifkn secara berbeda-beda oleh
analog histamin. Dengan demikian 2-metilhistamin cenderung lebih memberikan
respons melalui reseptor H1, sedangkan 4(5)metilhistamin lebih
memberikan efek pada reseptor H2.
Histamin
memiliki peranan fisiologis penting. Karena histamin merupakan salah satu
mediator yang telah dibentuk sebelumbya dan disimpan di sel mast, pelepasannya
akibat interaksi antigen dengan antibodi igE pada permukaan sel mast mamainkan
peranan sentral dalam hipersensitivitas segera dan respons alergi.
Efek-efek
farmakologis: reseptor H1 dan H2
Efek
yang terjadi akibat kerja-kerja ini mendonasikan keseluruhan respons terhadap
histamin; tetapi ada pula efek lain seperti pembentukan edema dan perangsangn
ujung saraaf sensori. Banyak diantaranya efek, seperti bronkokontriksi dan
kontraksi usus yang dipelentarai oleh reseptor H1. Efek-efek lain di
antaranya yang paling nyata yaitu sekresi lambung, merupakan hasil aktifitas
reseptor H2
Hubungan
struktur-aktivitas
Semua
Antagonis reseptor H1 merupakan inhibitor interaksi histamin dengan
reseptor H1 yang reversibel dan kompetitif. Seperti histamin, banyak
Antagonis H1 yang mengandung gugus etilamin tersubstitusi
Berbeda
dengan histamin yang memiliki gugus amino primer dan cicin aromatik tunggal,
kebanyakan Antagonis H1 memiliki gugus amino tersier yang terhubung
oleh rantai beratom dua atau tiga ke dua buah substituen aromatik, sesuai
dengan rumus umumnya berikut:
Dengan
AR adalah aril dan x adalah sebuah atom nitrogen atau karbon, atau sebuah
tautan eter –c–o– pada rantai samping beta-aminoetil. Kadang-kadang kedua
cincin aromatik ini bertemu, seperti pada turunan trisiklik atau etilamin
merupakan bagian struktur cincin.
Antagonis
H1 yang tersedia, berikut ini dirangkum efek terapeutik dan efek
samping sejumlah antagonis H1 berdasarkan struktur kimiannya
·
Etanolamin (difenhidramin) obat-obat pada golongan ini
memililiki aktifitas antimuskarinik yang bermakna dan memiliki kecenderungan
kuat menimbulkan sedasi. Sekitar separuh pasien yang diberi obat ini dalam
dosis konvensional mengalami somnolens. Namun, insindensi efeksamping goolongan
ini pada gastroinstetinal hanya sedikit.
·
Etilendiamin
(pirilamin) termasuk disini adalah beberapa Antagonis H1 yang paling
spesifik. Walaupun efek sentralnya relatif lemah, cukup banyak paasien yang
mengalami somnolens, efek samping gastroinstestinal umum terjadi
·
Fenotiazin
(prometazin) kebanyakan obat golongan ini merupakan Antagonis H1 dan
juga memiliki efek antikolenergik yang kuat. Promentazin memiliki efek sedatif
yang menonjol. Promentazin dan turunannya kini terutama digunakan berdasarkan
efek antiemetiknya.
Hubungan
aktivitas struktur (SAR) pada analog histamin dan histamin menunjukkan bahwa persyaratan
mengikat histamin dengan reseptor H1 adalah sebagai berikut:
·
rantai
samping harus memiliki nitrogen bermuatan positif atom dengan setidaknya satu
proton terlampir. Kuarter Garam ammonium yang tidak memiliki proton semacam itu
sangat lemah dalam aktivitas;
·
Harus
ada rantai yang fleksibel antara kation di atas dan cincin heteroaromatik;
·
Cincin
heteroaromatik tidak harus imidazol, tapi itu harus mengandung atom nitrogen
dengan satu-satunya sepasang elektron, orto ke rantai samping.
Untuk
reseptor H2 yang diusulkan, studi SAR dilakukan keluar secara
eksperimental dengan menentukan apakah histamin Analog bisa merangsang pelepasan
asam lambung dalam perut tisu. Persyaratan SAR yang penting sama dengan untuk
reseptor H1 kecuali cincin heteroaromatik harus mengandung unit
amidine (HN - CH = N :). Hasil akhirnya dirangkum dalam Gambar 25.6
dan nampaknya menunjukkan bahwa gugus α-amino terminal terlibat dalam mengikat interaksi dengan kedua jenis reseptor melalui ionik dan / atau ikatan hidrogen, sedangkan atom nitrogen di dalamnya Cincin heteroaromatik berinteraksi (s) melalui ikatan hidrogen, seperti ditunjukkan pada Gambar 25.7.
dan nampaknya menunjukkan bahwa gugus α-amino terminal terlibat dalam mengikat interaksi dengan kedua jenis reseptor melalui ionik dan / atau ikatan hidrogen, sedangkan atom nitrogen di dalamnya Cincin heteroaromatik berinteraksi (s) melalui ikatan hidrogen, seperti ditunjukkan pada Gambar 25.7.
pertanyaan
1. bagaimana mekanisme kerja dari obat antihistamin?
2. bagaimna efek samping yang ditimbulkan oleh antihistamin ini?
3. bagiamana jalur metabolisme histain pada manusia?
4. bagamana mekanisme obat antihistamin sebagai obat peptic ulcer?
5. bagaimana mekaninme kerja obat antagonis reseptor H2?
6. golongan antagonis H1 yang mempunyai kemampuan antiemetik,?
nmr 1
BalasHapusmnurut saya Antihistamin bekerja dengan cara menutup reseptor syaraf yang menimbulkan rasa gatal, iritasi saluran pernafasan, bersin, dan produksi lendir (alias ingus). Antihistamin ini ada 3 jenis, yaitu Diphenhydramine, Brompheniramine, dan Chlorpheniramine. Yang paling sering ditemukan di obat bebas di Indonesia adalah golongan klorfeniramin (biasanya dalam bentuk klorfeniramin maleat).
Antihistamin menghambat efek histamin pada reseptor H1. Tidak menghambat pelepasan histamin, produksi antibodi, atau reaksi antigen antibodi. Kebanyakan antihistamin memiliki sifat antikolinergik dan dapat menyebabkan kostipasi, mata kering, dan penglihatan kabur. Selain itu, banyak antihistamin yang banyak sedasi. Beberapa fenotiazin mempunyai sifat antihistamin yang kuat (hidroksizin dan prometazin).
Saya akan menambahkan sedikit pertanyaan nomor 1,
Hapus1. Antihistamin H1
Meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H1. Selain memiliki kefek antihistamin, hampir semua AH1 memiliki efek spasmolitik dan anastetik lokal
2. Antihistamin H2
Bekerja tidak pada reseptor histamin, tapi menghambat dekarboksilase histidin sehinnga memperkecil pembentukan histamin jika pemberian senyawa ini dilakukan sebelum pelepasan histamin. Tapi jika sudah terjadi pelepasa histamin, indikasinya sama denfan AH 1
bagaimana mekanisme kerja obat pada antihistamin H3?
Hapussaya setuju dengan kak ana, antihistamin menghambat reseptor H1. Sehingga tidak terjadinya alergi
Hapusnmr 2
BalasHapusmnrut saya salah satu efek samping Promethazine, antihistamin jenis fenotiazin yang digunakan secara luas karena sifat antimuntah dan penenang yang dimilikinya, telah dilaporkan menyebabkan agitasi, halusinasi, kejang, reaksi distonik, sudden infant death syndrome, dan henti napas. Efek samping ini umumnya lebih berat dan signifikan pada bayi, sehingga pabrik pembuatnya memperingatkan agar tidak diberikan pada anak di bawah usia 2 tahun. Namun, efektivitas promethazine sebagai sedatif (penenang) dapat disalahgunakan oleh orang tua untuk menangani anak yang berteriak-teriak. Antihistamin generasi kedua mempunyai efek samping antikolinergik lebih sedikit dan dianggap tidak menimbulkan efek sedatif pada anak dalam dosis terapi.
bagaimana efek samping untuk antihistamin difenhidramin? apakah lebih berbahaya dari promethazin
Hapusmenurut artikel yg saya baca efek samping difenhidramin seperti mengantuk, pusing , sulit buang air kecil . dan itu menurut saya tidak terlalu berbahaya efek samping nya.
HapusNO 4 Mekanisme kerja obat AH2 adalah sebagai berikut :
BalasHapusAntagonis reseptor-H2 menghambat produksi asam dengan cara berkompetisi secara reversibel dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada membran basolateral sel-sel parietal. Sehingga mengurangi sekresi asam lambung.
NO 5 Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
BalasHapusmekanisme kerja pada pertanyaan no 4 dan 5 memiliki jawaban yang sama.
contoh obat H2 yang dapat mengobati peptick ulcer
HapusSaya akan menjawab prtnyaan no. 3 yaitu ada 2 macam jalur metabolisme histamin pd manusia . Jalur yang kiri adlh lebih banyak terjadi, yaitu metilasi cincin membentuk N-methylhistamine. Kmdn diubah mjd N-methylimidazolacetic acid yg dikatalisa o/ enzim MAO. Proses ini dihambat o/ MAO inhibitor.
BalasHapusUntuk jalur kanan, tdk terlalu penting karena metabolitnya nantinya akan dikeluarkan beserta urin.
sedikit menambahkan dari jawabaan saudari mona
HapusMetabolisme histamin pada manusia d kalatis oleh N-metilhistamin yang kemudian diubah oleh monoamin oksidase menjadi asam N-metilimidazolasetat. Reaksi ini dapat dihambat oleh inhibitor monoamin. Jalur lain mengalami deaminasi oksidatif yang dikatalis terutama oleh enzim diamin oksidase nonspesifik dan menghasikan asam imidazolasetat
Metabolisme nya ada dihati karena terdapat metilen metilen yg membuat obat lebih bersifat lipofil
HapusHai silvi saya mencoba menjawab pertanyaan no.2
BalasHapusPada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu banyak tidur.
Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat mengurangi efek sedasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak atau kurang menimbulkan sedasi.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan tremor. Efek samping yang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare, efek samping ini akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan.
Efek samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan. Insidens efek samping karena efek antikolinergik tersebut kurang pada pasien yang mendapat antihistamin nonsedatif.
AH1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat penggunaan lokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto sensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi. Selain itu pemberian terfenadin dengan dosis yang dianjurkan pada pasien yang mendapat ketokonazol, troleandomisin, eritromisin atau lain makrolid dapat memperpanjang interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel.
Hal ini juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat dan pasien-pasien yang peka terhadap terjadinya perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia). Kemungkinan adanya hubungan kausal antara penggunaan antihistamin non sedative dengan terjadinya aritmia yang berat perlu dibuktikan lebih lanjut.
Pertanyaan no.6
BalasHapusUntuk mengatasi mual dan muntah, biasanya digunakan obat golongan fenotiazin (prometazin), karena obat ini bekerja dengan cara menghambat reseptor D2 di saluran cerna.
(Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. )
selain prometazin adakah obat turunan fenotiazin yang digunakan sebagi obat mabuk perjalanan
Hapusturunan obat lain yang memiliki aktivitas antiemetik adalah ploklorperazin dan prefenazin
Hapussaya akan menambahkan mekanisme kerja obat AH2
BalasHapusAntagonis reseptor-H2 menghambat produksi asam dengan cara berkompetisi secara reversibel dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada membran basolateral sel-sel parietal. Sehingga mengurangi sekresi asam lambung.
1. Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi
BalasHapusberlangsung melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1 atau H2 di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan
memunculkan lebih banyak reseptor H1. Reseptor yang baru tersebut akan diisi oleh antihistamin. Peristiwa molekular ini akan mencegah untuk sementara timbulnya reaksi alergi.
1. mekanisme umum AH
BalasHapusHistamin dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, H3. Interaksi histamin dengan H₁menyebabkan kontraksi dengan otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi mukus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan resptor H₁juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeabel terhadap cairan dan plasma protein, yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis H1.
Interakasi histamin dengan reseptor H₂dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan seksresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis H2.
Reseptor H₃ adalah reseptor histamin yang baru diketemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dkk., terletak pada ujung saraf aringan otak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini diblok oleh antagonis H3.
No 4
BalasHapusMekanisme kerja obat AH2 adalah sebagai berikut :
Antagonis reseptor-H2 menghambat produksi asam dengan cara berkompetisi secara reversibel dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada membran basolateral sel-sel parietal. Sehingga mengurangi sekresi asam lambung.
1. Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing dengan sisi reseptor H1,H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatau reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamine. Anihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan reseptor khas.
BalasHapuspertanyaan no 4
BalasHapusMekanisme kerja obat AH2 adalah sebagai berikut :
Antagonis reseptor-H2 menghambat produksi asam dengan cara berkompetisi secara reversibel dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada membran basolateral sel-sel parietal. Sehingga mengurangi sekresi asam lambung.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nmr 1 mekanisme kerja antihistamin
BalasHapusAntihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin untuk suatu reseptor yang spesifik pada permukaan sel. Hampir semua AH1 mempunyai kemampuan yang sama dalam memblok histamin. Pemilihan antihistamin terutama adalah berkenaan dengan efek sampingnya. Antihistamin juga lebih baik sebagai pengobatan profilaksis daripada untuk mengatasi serangan.
Mula kerja AH1 nonsedatif relatif lebih lambat; afinitas terhadap reseptor AH1 lebih kuat dan masa kerjanya lebih lama. Astemizol, loratadin dan setirizin merupakan preparat dengan masa kerja lama sehingga cukup diberi 1 kali sehari.
Beberapa jenis AH1 golongan baru dan ketotifen dapat menstabilkan sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya; juga ada yang menunjukkan penghambatan terhadap ekspresi molekul adhesi (ICAM-1) dan penghambatan adhesi antara eosinofil dan neutrofil pada sel endotel. Oleh karena dapat mencegah pelepasan mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa jenis AH1 generasi baru dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat untuk reaksi alergi yang bersifat kronik.
Terimakasih
1. Obat antihistamin bekerja dengan menghalangi pelepasan histamin ke dalam tubuh.
BalasHapusHistamin dilepaskan ketika tubuh bereaksi terhadap alergen, seperti debu, jamur, atau bulu binatang peliharaan.
Pelepasan histamin menyebabkan kelenjar di hidung atau mata membengkak dan mengeluarkan lendir untuk mencegah alergen masuk lebih dalam ke tubuh.
no 1
BalasHapusobat antihistamin bekerja dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor histaminergik.
saya sepakat, untuk lebih lengkapnya.. Histamin dapat menimbulkan efek bika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3. Interaksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan interaksi oto polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi usus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis-1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2. Reseptor H3 adalah resptor histamin yabg baru di ketemukan pada tahun 1987 oleh arrange dan kawan-kawan, terletak pada ujung syaraf aringan otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok antagonis H3.
HapusEfek samping yang umum dilaporkan mencakup mengantuk, sakit kepala, peningkatan asam lambung, gangguan penglihatan, mulut kering, dan mudah tersinggung.
BalasHapus